Sajak Pelipur Lara
Ketika luka-luka akan kehidupan datang. Ketika samudra kehidupan mendatangkan badai, dan ketika engkau terluka.
Hanya rasa sedih dan penuh derita menghantui dalam hidup. Alangkah menyesal bila situasi ini dilewatkan. Duhai peri kerinduan, demi waktu, akan datangnya inspirasi. Sejuta ide menggelegak tengah datang menghampiri mu.
Cukuplah kala itu, untuk berdiam diri sejenak.Duduk termenung dalam gelap kamar. Tafakur lah sejenak merenungi berbagai kejadian masa silam. Tundukan kepalamu. Pejamkan mata. Biarkan alam pikiranmu mengelana. Berlarian. Menjurai “samudra” yang luas akan kehidupan. Jadikan kesedihanmu sebagai tempat-tempat kesempatan. Ladang-ladang bercocok tanam. Dan semailah “ide-ide” besar itu dalam lautan kesedihan. Berenanglah terus ke tengah lautan ide, jangan pernah menepi ke pantai.
Jadikan “derita” sebagai “injeksi” lompatan besar dalam menuai masa depan. Jadikan kesedihan mu itu untuk sekali ini saja dalam hidup. Jangan engkau bersedih! La Tahzan!
Kita telah penuh luka. Derita berpuluh-puluh tahun. Darah “-muncrat-muncrat”. Air mata darah dan tangis bergiliran sebagai anak bangsa. Tertindas tak berkesudahan. Kenapa kau masih diam saja! Menyesal dan terpuruk dalam linangan air mata derita tak ada gunanya. Berdoa tanpa berusaha, tak ada maknanya, dan hanya menyerap sedikit hikmah, tak merubah keadaan.
Menulislah. Tulislah dengan kata-kata nurani. Bangkitlah dari tempat dudukmu, segeralah ambil pena dan kertas. Isilah pena-penamu dengan tinta. Tulislah, puisi, sajak, artikel, karangan khas atau apa saja yang sanggup kau toreh melalui kata-kata.
Mulailah rangkai kata-kata yang indah, menarik dan memikat. Sastra dibentuk dan dipahat dengan halus. Jangan hiraukan suara di luar kamarmu. Engkau harus menulis dengan deras. Berpuluh-puluh kertas, harus engkau tulis. Biarkan jemarimu menari “salsa” mengikuti nurani. Itulah ide yang datang mengalir deras dari “cahaya” kebenaran yang sejati.
Engkau kini telah mendapatkan sepercik inspirasi, di tengah lauatan lara dan badai duka cita. Selamat mencoba. Semoga sajak pelipur lara ini menjadi inspirasi dan dorongan bagimu untuk menulis dan menulis. Sebab dengan menulis engkau telah menjadi manusia yang berfikir, manusia yang tercerahkan. Yakni manusia-manusia yang dijanjikan Allah SWT diangkat derajatnya dan dimuliakan di muka bumi.
Jadilah engkau bintang, lebih dari bintang-bintang yang terkenal. Kalau pun saat ini engkau tidak disebut di bumi, cukup engkau terkenal di jagad langit. Menjadi bintangnya langit, yang tidak perlu disebut-sebut media atau televisi. Engkau lebih berhak disebut di langit, ya di langit. Dengan damai dan keabadian. (***)
17 Comments:
cedak. aku purwokerto kang...
Salam kenal juga...
http://ajisetiawan1.blogspot.com
ass....
mas k' manakibnya Habaib Husein Al quthban assegaf mlangi k g ad
Assalamu'alaikum mas aji, mas aku minta ijin ambil artikel2nya untuk disebarluaskan lg di blogku ya, boleh tidak???
untuk mengutip data manakib dari blogs saya ini, mohon kiranya para penulis/jurnalis bisa menghubungi saya atau mencantumkan nama saya atau sumber blogs, sehingga data yang disajikan dapat disajikan secara ilmiah.terima kasih Aji Setiawan
As Salamu' Alaikum jiwon
jiwon nganggo blangkon
kaya dalang..
Asslm. mas aji
Mohon kl ada kesempatan ditampilkan profil mbah KH. NAHARUSSURUR pimpinan Ponpes Ta'mirul Islam Tegalsari, Laweyan, Solo yang baru saja wafat dan profil mbah KH. SALMAN DAHLAWI Popongan Klaten
www.ajisetiawan1.blogspot.com
www.pengrajinkata.blogspot.com
rek Bank Mandiri a/n Aji Setiawan no : 139-00-1091517-5
www.ajisetiawan1.blogspot.com
www.pengrajinkata.blogspot.com
rek Bank Mandiri a/n Aji Setiawan no : 139-00-1091517-5
085291064277
081229667400
Aji Setiawan, ST
Assalamu'alaikum kang..
ji...
ndi biografine
abah husen
deneng ora nana?
Aku sudah berhenti dari alKisah sejak Oktober 2007. Sampeyan bikin sendiri dan kirim fotonya. Abah, sering hadir di mimpi..La ila ha ila lloh Muhammadarussulullah..
Untuk yang terbarukan. Launcing di Rabu.Selama Hijri 1343 Ahad Hari Idul Adha
Lemari imam
Post a Comment
<< Home