22.3.06

Habib Husein bin Hadi Al-Hamid (Haul)

Seimbangkan Hablumminallah dan Hablumminannas

Habib Husein bin Hadi Al-Hamid adalah seorang waliyullah yang berusia panjang. Anugerah usia panjang ini, antara lain, karena semasa hidup ia senantiasa menyeimbangkan ibadah hablumminallah dan hablumminannas.
Sabtu sore, 11 Maret 2006, Kompleks Ponpes Islam Al-Habib Muhammad Shodiq di Desa Brani Kulon, Maron, Probolinggo, Jawa Timur, telah didatangi muhibin yang hendak menghadiri acara Haul Habib Husein bin Hadi Al-Hamid, salah seorang waliyullah yang tersohor di kawasan itu.
Menurut sahibulbait, Habib Abdul Qadir bin Muhammad Shodiq bin Husein bin Al-Hamid, cucu Habib Husein, sang wali lahir di Hadramaut, Yaman Selatan, tahun 1862 M, dari pasangan Habib Hadi bin Salim Al-Hamid dan Ummu Hani. Dari kecil, Habib Husein dididik langsung oleh kedua orangtuanya. Habib Hadi dikenal sebagai salah seorang wali yang kesohor di Hadramaut.
Di usia 86 tahun, pada 1929 M, Habib Husein masih senang mengembara ke berbagai negeri, termasuk ke Gujarat, India, dengan menggunakan kapal laut bersama saudagar Arab. Sejak itu ia meninggalkan Yaman dan tidak pernah kembali lagi.
Habib Husein tinggal di Gujarat selama dua tahun. Setelah itu, dia mengembara ke Indonesia dengan menggunakan kapal saudagar yang menuju Batavia. Selanjutnya ke kota Pekalongan dan berguru kepada seorang wali besar, yakni Habib Ahmad bin Abdullah bin Thalib Alattas, hingga beberapa tahun.
Kepada wali yang sangat terkenal di kota Pekalongan itu, Habib Husein mendalami ilmu kewalian. Dan, sebagai tanda bahwa Habib Husein telah mencapai maqam kewalian, dia dihadiahi sebuah sorban dan kopiah putih dari Habib Ahmad Alattas.
Atas pesan gurunya, Habib Husein kemudian mengasah ilmu kepada Habib Muhammad bin Muhammad Al-Muhdhor, yang tidak lain adalah guru Habib Ahmad Alatas. Selama menjadi murid Habib Muhammad, Habib Husein senantiasa mendapat perintah untuk berdakwah ke berbagai daerah.
Salah satu tugasnya yang terakhir dari gurunya itu, Habib Husein diperintahkan untuk menyebarkan dakwah ke Desa Brani Kulon pada 1939. Saat itu kondisi Desa Brani masih berupa hutan belantara dan banyak sarang penyamun.
Ibadah amaliah rutin Habib Husein adalah tiap habis maghrib membaca Ratib Hadad, membaca shalawat 12.000 kali dalam semalam, shalat Subuh berjamaah, al-Wirdul Lathif dan wirid-wirid lainnya. Amal Habib Husein bukan saja ibadah kepada Allah SWT, hablumminnallah, tapi juga menjalin hubungan yang erat dengan sesama, hablumminannas. Tak pelak, dengan keseimbangan amaliah itu, dakwahnya diterima dengan baik oleh masyarakat luas.
Habib Husein termasuk seorang waliyullah yang berumur panjang dan jauh dari penyakit. Ketika ditanya kenapa ia selalu sehat, Habib Husein menjawab, "Di hati saya, tidak ada sedikit pun rasa iri dan dengki terhadap orang lain." Kunci Habib Husein berumur panjang, antara lain, ia secara istiqamah shalat Subuh berjamaah di masjid dan gemar melakukan jalan kaki sekitar satu jam.
Habib Husein wafat hari Jumat Legi, 11 Safar 1406 H/25 Januari 1986, dalam usia 124 tahun. Jenazahnya kemudian dimakamkan di sebelah utara Masjid Al-Mubarok, Desa Brani Kulon.
Selepas shalat Isya berjamaah, tepat pukul 21.00 para santri dan jamaah mengadakan acara Khataman Quran di kompleks makam Habib Husein. Acara dipimpin Habib Abdul Qadir bin Muhammad Shodiq dan berakhir pada pukul 23.00.
Puncak acara haul sendiri berlangsung pada hari Minggu (12/3). Sejak pagi hari, jamaah kaum muslimin dari berbagai kota sekitar Probolinggo telah berkumpul di seputar Masjid Al-Mubarok. Mereka datang dengan kendaraan pribadi maupun mobil carteran. Tak kurang, jamaah yang hadir mencapai 35.000 orang.
Ketika jarum jam tepat menunjuk pukul 09.00, acara haul disambut dengan pembacaan Kasidah Burdah yang dibawakan oleh kelompok hadrah Mamba ’Ali dari Desa Alas Tengah pimpinan Habib Umar Ba’Ali. Kurang lebih acara berlangsung sekitar satu jam. Acara dilanjutkan dengan pembacaan maulid Simthud Durar secara bergantian. Dimulai oleh Habib Abdul Qadir bin Muh Shodiq bin Husein Al-Hamid, lalu Habib Syekh bin Salim Al-Muhdhor, Habib Thalib bin Salim Al-Muhdhor, Habib Hasan bin Muhammad bin Hud Assegaf, Habib Idrus Baraqhbah, Habib Umar Ba’Ali, Habib Syekh bin Ahmad Assegaf, dan Habib Syekh bin Abubakar. Pembacaan doa Maulid oleh Habib Muhammad Shodiq bin Husein bin Hadi Al-Hamid.
Bupati Probolinggo, H. Hasan Aminuddin, dalam sambutannya, selain mengucapkan selamat datang kepada jamaah, juga mengajak mereka meneladani perjuangan Habib Husein bin Hadi Al-Hamid. "Almarhum adalah orang yang istiqamah mengamalkan Islam Ahlussunah wal Jama’ah."
Sementara itu, tausiyah utama disampaikan oleh Habib Muhammad Shodiq bin Husein bin Hadi Al-Hamid, pengasuh Pondok Pesantren Islam Al-Habib Muhammad Shodiq, Desa Brani Kulon. "Berjuanglah dengan landasan taqwa, wasilah, dan tepat dalam wadahnya. Sehingga tujuan sebuah tatanan masyarakat yang baldatun thayibatun warabun ghafur tercapai," katanya.
Acara haul diakhiri dengan doa penutup Habib Thalib dan Habib Hasan. Selanjutnya para jamaah dijamu dengan nasi kebuli puluhan ribu piring.
AST/Ft. AST
Caption:
Lead
Suasana haul Habib Husein. Dihadiri ribuan kaum muslimin
Habib Muh Shodiq bin Husein Al-Hamid (di podium). Meneladani perjuangan almarhum
Jamaah menyimak tausiyah. Mengharap berkah haul
Habib Husein bin Hadi Al-Hamid. Istiqamah shalat Subuh
Jamaah menghadiri haul Habib Husein. Memenuhi jalanan

0 Comments:

Post a Comment

<< Home