21.3.06

HabibAbubakarbinMuhammadAssegaf (Haul 4)

Haul Habib Abubakar bin Muhammad Assegaf ke-50

Semarak dengan Ukhuwah Islamiyah

Haul Habib Abubakar bin Muhammad Assegaf ke-51 kembali diperingati dengan acara mengkhatamkan kitab Ihya Ulumuddin. Tradisi yang sudah berlangsung puluhan tahun.

Peringatan Haul Habib Abubakar bin Muhammad Assegaf ke-50 berlangsung pada 16-17 Dzulhijah 1427 H (16-17/1), memancarkan kesemarakan ukhuwah Islamiyah. Sekitar lima puluh ribu jamaah datang untuk memperingati acara haul yang berada di Jln. K.H. Zuber Kabupaten Gresik. Mereka tidak hanya datang dari Jawa Timur, bahkan dari berbagai pelosok tanah air. Jakarta, Semarang, Surakarta, Banjarmasin, Samarinda, Palembang, dan lain-lain.
Sebelum puncak pelaksanaan haul, sore hari sebelumnya, Senin (16/1), dilaksanakan acara Rauhah, pembukaan, dengan acara khataman kitab Ihya’ Ulumuddin, karya Imam Al-Ghazali. Acara khataman kitab karya Hujjatul Islam ini sudah berlangsung sejak puluhan tahun yang lalu dan mentradisi hingga saat ini.
Satu per satu jamaah yang duduk di bagian depan majelis membaca kitab tasawuf itu dengan hikmat. Bila ada kesalahan, Habib Husein bin Abdullah bin Muhammad Assegaf dengan sabar dan telaten membetulkan setiap kesalahan bacaaan para jamaah. Acara ini berlangsung selepas shalat Ashar sampai pukul 19.00.
Setelah acara santap malam dengan hidangan nasi kebuli, jamaah kebanyakan telah pulang ke penginapan atau masjid terdekat, padahal pada jam sembilan malam acara dilanjutkan dengan acara pembacaan maulid Diba’. Praktis acara yang biasa disebut Marhaban ini hanya diikuti oleh sahibulbait dan jamaah yang ada di sekitar kompleks majelis haul. Acara ini diiringi kelompok rebana Al-Muhibbin dari Tulungagung di bawah pimpinan K.H. Nawawi Muhammad, dan berakhir tepat pukul 23.00.
Menginjak hari Selasa (17/1), selepas shalat Subuh, yang dipimpin Ali bin Alwi Al-Habsyi dari Solo, acara dilanjutkan dengan dzikir oleh Habib Alwi Al Habsy. Setelah itu dibacakan pesan-pesan Habib Abubakar bin Muhammad Assegaf dalam bahasa Arab oleh Habib Ali bin Alwi Al-Habsyi yang diterjemahkan dalam bahasa Indonesia oleh Habib Abubakar bin Hasan Assegaf dari Pasuruan. Lalu, para habib membaca maulid Simthud Durar secara bergiliran. Begitu acara berakhir, jamaah pun kembali dijamu dengan sarapan pagi berupa nasi kebuli.
Tepat pukul 09.00 acara dilanjutkan dengan puncak acara haul, yakni ziarah dan tausyiah di kompleks makam Habib Abubakar bin Muhammad Assegaf. Para habib yang datang, oleh jamaah kemudian diarak dengan diiringi rebana Al-Muhibbin dari Tulungagung menuju kompleks makam. Setelah berjalan kaki sekitar lima ratus meter dari Jln. K.H. Zuber, sampailah mereka ke kompleks makam yang ada di sisi kanan depan Masjid Jami di Alun-alun Gresik.
Pada pukul 10 tepat acara pembukaan pun dimulai dengan pembacaan surah Al-Fatihah,Ya-Sin, dan tahlil yang dipimpin oleh Habib Hasan bin Muhammad bin Hud Assegaf. Selepas dibacakan manakib Habib Abubakar bin Muhammad Assegaf oleh Abdulkadir bin Ali bin Ahmad Assegaf yang langsung diterjemahkan oleh Habib Anis bin Muhammad bin Syekh Assegaf, acara berlanjut dengan mauizah hasanah. Tampil sebagai pembicara pertama Habib Soleh bin Ahmad Alaydrus, pengasuh Pondok Pesantren Darul Hadits, Malang, yang banyak menyoroti persoalan moral bangsa.
Sementara Habib Jindan bin Novel bin Salim bin Jindan dalam tausyiahnya mengajak jamaah untuk meneladani perjalanan hidup Habib Abubakar bin Muhammad Assegaf dan para ulama salaf. ”Kita sibuk dengan dunia kita, hingga kita lupa dengan perjalanan hidup para ulama salaf yang shaleh, termasuk Habib Abubakar, yang perjalanannya semua hanya untuk Allah SWT serta berusaha memberikan manfaat lahir dan batin bagi umat manusia,” kata Habib Jindan, yang juga pengasuh Pondok Pesantren Al-Fakhriyyah, Ciledug, Tangerang.
Sedangkan Habib Thohir bin Abdullah Alkaf dari Kabupaten Tegal, Jawa Tengah, sebagai pembicara terakhir menyampaikan pentingnya meneladani Rasulullah SAW dan para ulama salaf. Dengan suara bariton khas yang lantang dan penuh semangat, Habib Thohir menyatakan, ”Berusahalah untuk menyenangkan Habibuna Muhammad SAW. Koreksilah, sebab waktu kita tinggal sedikit, mari kita tingkatkan ibadah kita kepada Allah SWT!”
Acara ditutup dengan doa Wahbah, yang dipimpin Habib Muhammad bin Syekh Assegaf, dan doa penutup oleh Habib Husein bin Abdullah Assegaf. Selepas acara shalat Dzuhur berjamaah di Masjid Jami Gresik, jamaah kemudian kembali ke tempat acara haul untuk menyantap hidangan nasi kebuli yang telah disediakan sahibulbait.

Pembacaan Manakib
Habib Abubakar bin Muhammad Assegaf lahir di kota Besuki, Jawa Timur, pada tahun 1285 H/1865 M. Semenjak kecil dia sudah ditinggal ayahnya, yang wafat di kota Gresik. Pada tahun 1293 H/1873 M, Habib Abubakar berangkat ke Hadramaut karena memenuhi permintaan neneknya, Syaikhah Fatimah binti Abdullah ‘Allan.
Dia berangkat ke sana ditemani Al-Mukarram Muhammad Bazmul. Sesampainya di sana, dia disambut paman, sekaligus juga gurunya, Abdullah bin Umar Assegaf, beserta keluarganya. Kemudian ia tinggal di kediaman Habib Syekh bin Umar bin Segaf Assegaf.
Di kota Seiwun dia belajar ilmu fiqih dan tasawuf kepada pamannya, Habib Abdullah bin Umar Assegaf. Hiduplah Habib Abubakar di bawah bimbingan gurunya itu. Bahkan dia dibiasakan oleh gurunya untuk bangun malam dan shalat Tahajjud meskipun masih kecil. Selain berguru kepada pamannya, ia juga menuntut ilmu dari para ulama besar yang ada di sana. Seperti Habib Al-Qutub Ali bin Muhammad Alhabsyi, Habib Muhammad bin Ali Assegaf, Habib Idrus bin Umar Alhabsyi, Habib Ahmad bin Hasan Alatas, Habib Imam Abdurrahman bin Muhammad, Almasyhur (mufti Hadramaut saat itu), Habib Syekh bin Idrus Alaydrus, Habib Al-Qutub Ali bin Muhamad Alhabsyi. Sungguh telah terlihat tanda-tanda kebesaran dalam diri Habib Abubakar, kelak akan menjadi seorang yang mempunyai kedudukan tinggi.
Pada tahun 1302 H/1882 M, ia pun akhirnya kembali ke Pulau Jawa bersama Habib Alwi bin Segaf Assegaf, dan menuju kota Besuki. Di kota inilah ia mulai mensyiarkan dakwah Islamiyah di kalangan masyarakat. Kemudian pada tahun 1305 H/1885 M, di saat usianya masih 20 tahun, ia pindah menuju kota Gresik.
Di Pulau Jawa, ia pun masih aktif menuntut ilmu dari para ulama, di antaranya Habib Abdullah bin Muhsin Alatas (Bogor), Habib Abdullah bin Ali Alhaddad (wafat di Jombang), Habib Ahmad bin Abdullah bin Thalib Alatas (Pekalongan), Habib Al-Qutub Abubakar bin Umar Bin Yahya (Surabaya), Habib Muhammad bin Idrus Alhabsyi (Surabaya), Habib Muhammad bin Ahmad Almuhdhor (wafat di Surabaya).
Semenjak itu, Habib Abubakar mulai membuka majlis taklim dan dzikir di kediamannya di kota Gresik. Masyarakat pun menyambut dakwahnya dengan begitu antusias. Dalam majlisnya, ia setidaknya telah mengkhatamkan kitab Ihya’ Ulumuddin sebanyak 40 kali. Dan merupakan kebiasaan, setiap kali dikhatamkannya pembacaan kitab tersebut, ia selalu mengundang jamuan kepada masyarakat luas.
Praktis majlis taklimnya senantiasa penuh dengan mudzakarah dan irsyad (diskusi dan petunjuk) menuju jalan para pendahulunya. Majlisnya tak pernah kosong dari pembacaan kitab-kitab mereka. Itulah yang ia lakukan semasa hayatnya, mengajak manusia kepada kebesaran Ilahi. Waktu demi waktu berganti, sampai kepada suatu waktu ketika Allah memanggilnya. Di saat terakhir akhir hayatnya, ia melakukan puasa selama 15 hari, dan setelah itu ia pun menghadap ke haribaan Ilahi. Dia wafat pada tahun 1376 H/1956 M pada usia 91 tahun. Jasadnya kemudian disemayamkan di sebelah Masjid Jami, Gresik.
Walaupun Habib Abubakar bin Muhammad Assegaf sudah berpulang ke rahmatullah, kalam-kalamnya masih terdengar dan membekas di hati para pendengarnya. Akhlak-akhlaknya masih menggoreskan kesan mendalam di mata orang-orang yang melihatnya dan mengukir keindahan iman di kehidupan para pencintanya.
AST/Ft. AST


Foto: Komp_SBY\05Gresik

1. Khataman kitab Ihya’ Ulumuddin. Meneruskan tradisi Habib Abubakar
2. Makan nasi kebuli. Sampai tiga kali
3. Pembacaan maulid Simthud Durar. Penuh hikmah
4. Arak-arakan menuju makam. Mengiring para habib
5. Pembacaan manakib dan tausyiah. Meneladani perjalanan hidup Nabi
6. Jamaah di acara haul. Dihadiri sekitar 50.000 jamaah

0 Comments:

Post a Comment

<< Home